Format
Bisnis Ritel Di Indonesia
Menurut Asep ST Sujana (2005:16)
mengklasifikasikan tipe bisnis ritel berdasarkan:
a. Ownership (kepemilikan bisnis),
§ Single-store
Retailer; merupakan tipe binis retail yang paling banyak jumlahnya dengan
ukuran toko umumnya dibawah 100 m2 mulai dari kios atau toko dipasar
tradisional sampai dengan minimarket modern; dengan kepemilikan secara
individual.
§ Toko Retail;
adalah toko retail dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya dimiliki
oleh institusi bisnis bukan perorangan.melainkan dalam bentuk perorangan
(company owned retail chain).Bentuknya mulai dari rantai toko minimarket sampai
dengan mega hyperstore.contoh nyata yang umum adalah seperti Hero Supermarket,
Sogo, Dept,Store & Supermarket, Matahari, Ramayana, dan sebagainya.
§ Toko
Waralaba (Franchise Stores); adalah toko retail yang di bangun berdasarkan
kontrak kerja waralaba (bagi hasil)antara terwaralaba (franchisee) yakni
pengusaha investor perseorangan (independent business person)dengan pewaralaba
(franchisor)yang merupakan pemegang lisen bendera/nama toko,sponsor,dan
pengelola usaha)
b.
Merchandise category (kategori barang dagangan),
§ Special
store (Toko Khas) merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori barang
atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang relatif
sempit/art-shop (pasar seni), jewelry store (toko perhiasan),toko buku,dan
sebagainya.
§ Grocery
store (Toko Serba Ada, Toserba) merupakan toko ritel yang menjual sebagian
besar kategori barangya adalah barang groceries (kebutuhan sehari-hari;
freshfood perishable, dry-food ,beverages, cleanings dan cosmetics,serta
household items.Umumya toko retail modern yang sudah mapan adalah berbasis
sebagai grocery retailers di mana mereka jual lebih dari 60% dari assortment
(bauran produk) adalah merupakan kebutuhan pokok (basic needs)harian pribadi,
keluarga,atau rumah tangga.contohya Carrefour,Makro,Hero,Lion Superindo, dan
tip top
§ Department
Store sebagian besar dari assortments yang di jual adalah merupakan non-basic
items (bukan kebutuhan pokok), fashionables,dan branded items(bermerek) dengan
lebih dari 80%(konsinyasi). Contohya,Ramayana,Borobudur,Sogo,Dept store,
Matahari galleria dan Pasaraya
§ Hyperstore
menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas.menjual
hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen,mulai dari barang
grocery,household,textile,appliance,optical dan lainnya dengan konsep
one-stop-shopping (everything-in-oneroof),bahkan ganti oli, dang anti ban mobil
dapat di layani di dalam toko ritel sejenis ini.paling tidak di butuhkan
sedikitya 10.000 m persegi luasan sales area.toko-toko retail di Indonesia
tampakya belum ada yang dapat dikategorikan dalam tipe hyperstore,bahkan
Carrefour sekalipun.Meskipun di negarya (Perancis), Carrefour juga telah
mengoperasikan model ini.
c. Luas
sales area (area pejualan),
§
Small Store/Kiosk;sebuah toko kecil (kios) yang
umumnya merupakan toko ritel traditional,dioperasikan sebagai usaha kecil
dengan sales area dari 100 m2
§
Minimarket;dioperasikan dengan luasn sales area antara
100 sampai dengan 1.000 m2.
§
Supermarket;dioperasikan dengan luasan sales area
antara 1.000 sampai dengan 5.000 m2.
§
Hypermarket;dioperasikan dengan luasan sales area
lebih dari 5.000 m2
d. Non-store retailer (retailer tanpa toko).
o Multi-Level-Marketing
(MLM); adalah suatu model penjualan barang secara langsung (direct selling)
dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan
dalam distribution lines (jalur atau peringkat distribusi).Kemudian karena
marketing policy-nya untuk tidak melakukan above the line promotion
(advertising) dan tidak di perbolehkannya marketing budget-nya di kompensasikan
ke dalam bentuk Point Value (PV) dan Benerfit Value (BV) bagi para direct
distributor.Contoh nyata model ini adalah Amway,CNI, dan lain-lain
o Mail &
Phone Order Retailer; bentuk lain dari non-store retailer adalah Mail &
Phone Order Retailer atau bisa di sebut sebagai “ toko pesan antar “,yakni
perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat dan atau
telepon .Contoh dari model non-store retailer in,antara lain TV Media DRTV, dan
sebagaiya.dalamperkembangannya.contoh retailer tipe inipun tidak lagi murni
non-store retailer dengan di bukanya showroom-showroom (konter) di hampir
seluruh kota besar.
o Internet/Online
Store (e-Commerce);perkembangan teknologi informasi khususnya internet,telah
memukinkan berkembangnya “toko retail” di dunia maya.Adopsi teknologi internet
ke dalam bentuk online retailing (e-tail-ing, e-commerce) begitu memukau
sehingga banyak yang gagal karena over-estimate atau over-self-confidence
walaupun ada pula yang berhasil seperti Amazon.com,dan Walmart.com.proses
follow-up antara lain melalui penyedian pusat layanan informasi dan
konsumen,serta system layanan pesan-antar yang memadai