Monday, December 28, 2020

CONTOH SOAL ESSAY PENATAAN BARANG DAGANG SMK KELAS XI BDP

ESSAY PENATAAN BARANG DAGANG

1.      Mengapa display sering disebut dengan the silent salesman?

2.      Sebutkan 3 fungsi window display !

3.      Jelaskan yang dimaksud grouping dalam penataan barang !

4.      Sebutkan yang termasuk kelompok barang  frozen !

5.      Uraikan pengelompokan barang menurut bentuknya, daya tahannya dan jumlahnya !


JAWABAN 

1.     Karena display dapat mewakili promosi produk dan dapat display yang menarik dapat membuat suatu produk dibeli oleh konsumen, lewat display pula impuls buying konsumen bisa muncul tanpa harus ada orang yang mengkomunikasikan produk tersebut dengan percakapan langsung maupun tidak langsung.

2.      a. Menarik perhatian orang

      b. Memancing perhatian thdp barang yang dijual

      c. Menimbulkan impulse buying

      d. Menimbulkan daya tarik thdp keseluruhan suasana toko

      e. Menyatakan kualitas barang yang baik dan ciri khas toko tsb

3.      Grouping adalah sistem untuk melakukan seleksi dan pemilihan sejumlah barang yang akan dijual dengan mengelompokkan penempatan item/jenis barang yang strategis guna memudahkan pembeli memilih barang.

4.      Daging beku, sayuran, ice cream, chicken nugget

5.      Menurut bentuknya : benda padat dan benda cair

       Menurut daya tahannya : barang tahan lama dan tidak tahan lama

       Menurut jumlahnya : barang bebas dan barang ekonomis

  

DISTRIBUSI RITEL MODERN DAN TRADISIONAL SERTA INOVASI TEKNOLOGI

Memperhatikan model tradisional saat ini, terlihat bahwa model ini melibatkan jaringan distribusi yang cukup panjang untuk bisa sampai ke konsumen. Potensi panjangnya distribusi menjadi salah satu tidak efisiennya produk Indonesia. Dalam model tersebut, produk yang dihasilkan dari produsen (pabrik/manufaktur, maupun petani/pertanian) akan melalui perusahaan distribusi, yang kemudian juga melalui sub distribusi, lalu melibatkan grosir, bahkan semi grosir sebelum akhirnya sampai ke peritel.



Sementara itu gambaran model distribusi yang dilakukan oleh ritel modern saat ini terlihat sangat efisien sebagaimana terlihat dalam model distribusi dilakukan secara langsung dari produsen/manufaktur atau distributor ke pusat distribusi peritel modern untuk kemudian secara langsung didistribusikan ke gerai/toko-toko mereka. Terlihat dalam model ini betapa efisiennya alur distribusi yang dicapai.




A.     Inovasi dan Perkembangan Teknologi dalam Ritel

a.      Pasar Domestik yang melemah

Ritel semakin popular setelah masuknya peritel asing ke negeri ini seperti Indomart dan Alfamart yang berdiri di setiap pinggiran jalan hanya berjarak beberapa ratus meter saja khususnya diwilayah Indonesia bagian barat. Perilaku masuknya peritel asing membuat peritel tradisional menjadi kolaps tak berdaya.Apalagi kebanyakan peritel tradisional hanya memiliki ketrampilan yang minim karena usahanya hanya dijalankan secara turun temurun saja.

b.      Meningkatnya keahlian industri

Pada perusahaan Ritel posisi perusahaan dapat dibangun pada beberapa area seperti akutansi, promosi, tehnologi informasi, distribusi dan sumber daya manusia. Bisnis ritel memerlukan berbagai ketrampilan dalam penguasaaan sistim manajemen.

c.       Kemajuan ilmu pengetahuan dan Tehnologi

Menurut Alfin Tofler dikatakan semua kegiatan bisnis berpondasikan kekuatan sumber daya manusia dan bukan semata mata hanya sumber daya alamnya saja.

PRINSIP-PRINSIP BISNIS RITEL

Prinsip dasar pada ritel modern yang terdiri dari 4 P:

a. Product (Produk)

Produk menurut Kotler and Armstrong (2001) adalah segala sesuatu yang ditawarkan kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikomsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996), keunggulan suatu produk agar dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan oleh ciri khas atau keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain yang ada dipasar (Porter, 1996).

Kualitas produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas prodak dan membandingkannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing.

b. Price (Harga)

Strategi dalam penetapan harga bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya : Harga bundling, harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost plus, harga berorientasi pasar, harga premium, harga psikologis, harga dinamis (Kotler and Armstrong, 2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel yaitu konsumen, dirinya sendiri, dan pesaing.

Menurut Ma’ruf (2005) , impementasi strategi harga antara lain :

1.      Penetapan harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan harga yang ditetapkan secara variatif sesuai fluktuasi tingkat permintaan konsumen.

2.      Penetapan harga ganjil, seperti Rp. 99.000, Rp. 199.000, Rp. 749.000 Menurut Ma’ruf (2005), impementasi strategi harga antara lain :

3.      Penetapan harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan harga yang ditetapkan secara variatif sesuai fluktuasi tingkat permintaan konsumen.

4.      Penetapan harga ganjil, seperti Rp. 99.000, Rp. 199.000, Rp. 749.000

5.      Leader pricing, penetapan harga dimana profit marginnya lebih rendah daripadatingkat yang biasa diraih bertujuan untuk menarik konsumen yang lebih banyak.

6.      Penetapan harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per itemnya.

7.      Harga bertingkat, ini diberlakukan untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga yang beragam.

c. Promotion (Promosi)

Menurut Philip Kotler (1997, p.153) proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), hubungan masyarakat (public relation) dan publisitas(publicity), promosi penjualan (sales promotion), dan pemasaran langsung (direct marketing) adalah bagian dari rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh perusahaan.

Menurut Schoell (1993, p.424), Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik, mengingatkan, dan meyakinkan.

Jenis kegiatan promosi diatas :

a. Periklanan (Advertising), yaitu bentuk promosi non personal dengan menggunakan berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian.

b. Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara personal dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan untuk merangsang pembelian atau kegiatan mempromosikan suatu produk dengan cara mendatangi ke tempat konsumen berada, oleh seorang wiraniaga/salesperson.

c. Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai, pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi/berita tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah) atau merupakan usaha untuk merangsang permintaan dari suatu produk secara non personal yang bersifat komersial.

d. Promosi Penjualan (Sales Promotion), yaitu suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian.

 

d. Place (Lokasi)

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan barang dan jasa siap digunakan atau dikomsumsi (Kotler, 2002). Menurut Losch, Lokasi penjualan sangat berpengaruh lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin malas membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada dipasar atau dekat dengan pasar.

3 tipe lokasi dasar yang dapat dipilih oleh ritel, yaitu:

a. Shopping Centers (Pusat Belanja)

Shopping Centers merupakan grup ritel dan bisnis lain yang direncanakan, dibangun, dimiliki dan dikelola sebagai satu kepemilikan

b. City or Town Location (Ritel di Kota Besar)

The Central Business District merupakan area bisnis tradisional yang berada dikeramaian kota dalam suatu kota besar

CBD yang sukses adalah yang dekat dengan area yang berpenduduk besar

c. Freestanding Location

Merupakan lokasi yang tidak terhubung dengan ritel yang lain, sekalipun banyak yang lokasinya dekat dengan mall.

Selain tiga lokasi utama tersebut, ritel juga dapat didirikan dan dijalankan dengan memilih lokasi sebagai berikut:

a. Airport

b. Resort

c. RumahSakit

d. Toko dalam toko

e. Area serbaguna

FORMAT BISNIS RITEL

Menurut Asep ST Sujana (2005:16) mengklasifikasikan tipe bisnis ritel berdasarkan:

a. Ownership (kepemilikan bisnis),

§  Single-store Retailer; merupakan tipe binis retail yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m2 mulai dari kios atau toko dipasar tradisional sampai dengan minimarket modern; dengan kepemilikan secara individual.

§  Toko Retail; adalah toko retail dengan banyak (lebih dari satu) cabang dan biasanya dimiliki oleh institusi bisnis bukan perorangan.melainkan dalam bentuk perorangan (company owned retail chain).Bentuknya mulai dari rantai toko minimarket sampai dengan mega hyperstore.contoh nyata yang umum adalah seperti Hero Supermarket, Sogo, Dept,Store & Supermarket, Matahari, Ramayana, dan sebagainya.

§  Toko Waralaba (Franchise Stores); adalah toko retail yang di bangun berdasarkan kontrak kerja waralaba (bagi hasil)antara terwaralaba (franchisee) yakni pengusaha investor perseorangan (independent business person)dengan pewaralaba (franchisor)yang merupakan pemegang lisen bendera/nama toko,sponsor,dan pengelola usaha)

 

b. Merchandise category (kategori barang dagangan),

§  Special store (Toko Khas) merupakan toko retail yang menjual satu jenis kategori barang atau suatu rentang kategori barang (merchandise category) yang relatif sempit/art-shop (pasar seni), jewelry store (toko perhiasan),toko buku,dan sebagainya.

§  Grocery store (Toko Serba Ada, Toserba) merupakan toko ritel yang menjual sebagian besar kategori barangya adalah barang groceries (kebutuhan sehari-hari; freshfood perishable, dry-food ,beverages, cleanings dan cosmetics,serta household items.Umumya toko retail modern yang sudah mapan adalah berbasis sebagai grocery retailers di mana mereka jual lebih dari 60% dari assortment (bauran produk) adalah merupakan kebutuhan pokok (basic needs)harian pribadi, keluarga,atau rumah tangga.contohya Carrefour,Makro,Hero,Lion Superindo, dan tip top

§  Department Store sebagian besar dari assortments yang di jual adalah merupakan non-basic items (bukan kebutuhan pokok), fashionables,dan branded items(bermerek) dengan lebih dari 80%(konsinyasi). Contohya,Ramayana,Borobudur,Sogo,Dept store, Matahari galleria dan Pasaraya

§  Hyperstore menjual barang-barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas.menjual hampir semua jenis barang kebutuhan setiap lapisan konsumen,mulai dari barang grocery,household,textile,appliance,optical dan lainnya dengan konsep one-stop-shopping (everything-in-oneroof),bahkan ganti oli, dang anti ban mobil dapat di layani di dalam toko ritel sejenis ini.paling tidak di butuhkan sedikitya 10.000 m persegi luasan sales area.toko-toko retail di Indonesia tampakya belum ada yang dapat dikategorikan dalam tipe hyperstore,bahkan Carrefour sekalipun.Meskipun di negarya (Perancis), Carrefour juga telah mengoperasikan model ini.

c. Luas sales area (area pejualan),

§   Small Store/Kiosk;sebuah toko kecil (kios) yang umumnya merupakan toko ritel traditional,dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales area dari 100 m2

§   Minimarket;dioperasikan dengan luasn sales area antara 100 sampai dengan 1.000 m2.

§   Supermarket;dioperasikan dengan luasan sales area antara 1.000 sampai dengan 5.000 m2.

§   Hypermarket;dioperasikan dengan luasan sales area lebih dari 5.000 m2

d. Non-store retailer (retailer tanpa toko).

o  Multi-Level-Marketing (MLM); adalah suatu model penjualan barang secara langsung (direct selling) dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines (jalur atau peringkat distribusi).Kemudian karena marketing policy-nya untuk tidak melakukan above the line promotion (advertising) dan tidak di perbolehkannya marketing budget-nya di kompensasikan ke dalam bentuk Point Value (PV) dan Benerfit Value (BV) bagi para direct distributor.Contoh nyata model ini adalah Amway,CNI, dan lain-lain

o  Mail & Phone Order Retailer; bentuk lain dari non-store retailer adalah Mail & Phone Order Retailer atau bisa di sebut sebagai “ toko pesan antar “,yakni perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat dan atau telepon .Contoh dari model non-store retailer in,antara lain TV Media DRTV, dan sebagaiya.dalamperkembangannya.contoh retailer tipe inipun tidak lagi murni non-store retailer dengan di bukanya showroom-showroom (konter) di hampir seluruh kota besar.

o  Internet/Online Store (e-Commerce);perkembangan teknologi informasi khususnya internet,telah memukinkan berkembangnya “toko retail” di dunia maya.Adopsi teknologi internet ke dalam bentuk online retailing (e-tail-ing, e-commerce) begitu memukau sehingga banyak yang gagal karena over-estimate atau over-self-confidence walaupun ada pula yang berhasil seperti Amazon.com,dan Walmart.com.proses follow-up antara lain melalui penyedian pusat layanan informasi dan konsumen,serta system layanan pesan-antar yang memadai

FUNGSI BISNIS RITEL

             Dalam alur proses bisnis ritel merupakan akhir proses distribusi dengan dilakukan penjual langsung pada konsumen akhir,dimana bisnis retail merupakan suatu fungsi atau mata rantai proses distribusi sebagai perantara antara distributor (wholesaler,ataupun importer) dengan kosumen akhir.

Retail juga berperan sebagai penghimpun berbagai kategori atau jenis barang yang menjadi kebutuhan konsumen sehingga konsumen menjadi toko retail sebagai tempat rujukan untuk mendapatkan (to choose,to find) barang yang dibutuhkannya. Lebih lanjut binis ritel berperan sebagai penentu eksistensi barang dari manufacture di pasar konsumsi (consumption market), dan dengan demikian manufacture dan distributor memiliki ketergantungan yang besar terhadap entitas bisnis ritel.

Keuntungan dari proses distribusi barang/jasa,ritel juga sangan tergantung pada pasokan (supply) barang dari manufacture dan atau distributor.tinggkat ke untungan yang maksimum dari retailer merupakan hasil dari positioning yang optimum retailer di pasar konsumen dan di pasar sumber barang/jasa (resources market),dan dari kemampuannya untuk beroperasi seefisien mungkin dalam keseimbangan proses distibusi menurut Asep ST Sujana (2005).

Industri Ritel memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara, terutama berkaitan dengan proses distribusi berbagai macam produk yang dibutuhkan oleh masyarakat, antara lain:

1. Melakukan kegiatan usaha di lokasi yang nyaman dan mudah diakses oleh pelanggan

2. Memeberikan keragaman produk sehingga memungkinkan pelanggan bisa memilih produk yang diinginkan.

3. Memecah atau Membagi jumlah dan ukuran produk yang besar sehingga dapat dijual dalam kemasan/ukuran yang kecil.

4. Mengubah produk menjadi bentuk yang lebih menarik.

5. Menyimpan produk agar tetap tersedia pada harga yang relatif tetap.

6. Membantu terjadinya perpindahan barang melalui sistem distribusi

7. Memeberikan jaminan produk layanan purna jual dan turut menangani keluhan pelanggan.

8. Adakalanya memberikan fasilitas kredit dan sewa.

9. Meningkatkan nilai produk.

Pengertian, Jenis, Perbedaan dan Peran Bisnis Ritel

 

A.     Pengertian Bisnis Ritel

a.      Pengertian Bisnis

Bisnis dalam arti luas adalah istilah umum yang menggambarkan semua aktifitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan sehari-hari.

Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Menurut Griffin dan Ebert.

Dari beberapa pengertian bisnis di atas, dapat disimpulkan bahwa Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create value) melalui penciptaan barang dan jasa (create of good and service) untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.

b.      Jenis-jenis Bisnis

Bisnis berdasarkan kegiatannya bisnis dibagi menjadi tiga, yaitu:

1. Production (Produksi) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengolah suatu bahan atau sumber-sumber yang ada agar tercipta suatu produk yang mempunyai nilai guna yang lebih tinggi (menaikan faedahnya).

2. Distribution (Distribusi) adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan.

3. Consumer (Konsumen) adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

c.       Pengertian Ritel

Kata ritel berasal dari bahasa Perancis, ritellier, yang berarti memotong atau memecah sesuatu.Retail atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis.Sering kali orang-orang beranggapan bahwa ritel hanya menjual produk-produk di toko. Tetapi retail (ritel) juga melibatkan pelayanan jasa layanan antar (delivery services) ke rumah-rumah. Tidak semua ritel dilakukan ditoko. Kegiatan yang dilakukan dalam bisnis retail (ritel) adalah menjual berbagai produk, jasa atau keduanya, kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama. Produsen menjual produk-produknya kepada peretail maupun peritel besar (wholesaler).Peritel besar ini juga kerap disebut sebagai grosir atau pedagang partai besar.

d.      Perbedaan bisnis ritel

International Finance Corporation (IFC) mencatatkan sekira 80 persen penjualan ritel di Indonesia merupakan hasil dari penjualan ritel tradisional, dengan nilai sekira USD138 juta.IFC juga mencatat, peritel tradisional juga mampu menyerap 21 persen tenaga kerja di indonesia,

Tapi ada kesenjangan dalam operasional yang dialankan selama ini dimana kesenjangan terjadi karena terdapat di sisi pembayaran, peritel modern telah mengadopsi pembayaran secara digital (e-money) sedangkan peritel tradisional belum.

Saat ini kesenjangan antara peritel modern dan peritel tradisional adalah, peritel modern memiliki rantai distribusi yang terintegrasi secara digital sehingga menciptakan sinergi di antara penggunanya. Standar bersama membuat informasi yang mengalir lebih efektif di antara pemasok, peritel dan bank untuk meningkatkan visibilitas, efisiensi dan proses otomasisasi.

Sedangkan peritel tradisional, biasanya berbasis uang tunai dan mempunyai keterbatasan integrasi dengan pemasok atau bank untuk mengelola pembelanjaan, persediaan dan pembayaran.Tanpa teknologi yang kompatibel, mereka hanya mendapatkan sedikit keuntungan dari standar dan infrastruktur yang digunakan oleh pelaku bisnis yang lebih besar dalam rantai distribusi ini.

Contohnya dengan data yang dimiliki bersama antara peritel modern bersama dengan perbankan membuat peritel modern lebih mudah untuk melakukan pinjaman keperbankan untuk ekspansinya.

B.      Peran Bisnis Ritel

Usaha eceran atau usaha ritel mempunyai peran yang sangat penting baik ditinjau dari pihak konsumen atau dari pihak produsen.

Dari Pihak Produsen:

1. Peritel dipandang sebagai pihak yang ahli dalam bidang penjualan produk perusahaan

2. Peritel adalah ujung tombak peusahaan yang akan sangat menentukan laku tidaknya produk perusahaan

3. Peritel adalah sumber informasi yang sangat berharga mengenai produknya.

4. Produsen dapat memasang iklan, mengadakan undian atau memberi hadiah kepada konsumen melalui toko-toko ritel.

Dari Pihak Konsumen:

Usaha ritel memberikan kebutuhan ekonomis bagi pelanggan melalui lima cara, antara lain:

1. Usaha ritel biasanya berlokasi didekat rumah pelanggan, sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu menunggu lama.

2. Memudahkan konsumen/pelanggan dalam memilih atau membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta jasa yang ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari sekedar mendapatkan barang yang diinginkan pada tempat yang nyaman. Mereka hampir ingin selalu belanja di mana bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan kualitas, bentuk, dan harga dari produk yang diinginkan. Dalam menarik dan memuaskan pelanggan, para peritel biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman.

3. Menjaga harga jual tetap rendah agar mampu bersaing dalam memuaskan pelanggan.

4. Membantu meningkatkan standar hidup masyarakat.

Produk yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi yang dilakukan, tidak hanya memberikan informasi kepada masyarakat mengenai beragam produk barang dan jasa, tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli. Hasil akhirnya adalah peningkatan standar hidup dan penjualan produk.

5. Adanya usaha ritel juga memungkinkan dilakukannya produksi besar-besaran (produksi massal). Produksi massal tidak akan dapat dilakukan tanpa sistem pengecer yang efektif dalam mendistribusikan produk yang dibuat secara massal bagi pelanggan.

Peran ritel dalam kehidupan perekonomian secara keseluruhan, yaitu sebagai pihak akhir (final link) dalam suatu rantai produksi, yang dimulai dari pengolahan bahan baku, sampai dengan distribusi barang (dan jasa) ke konsumen akhir.