Prinsip dasar pada ritel modern
yang terdiri dari 4 P:
a. Product
(Produk)
Produk
menurut Kotler and Armstrong (2001) adalah segala sesuatu yang ditawarkan
kepasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikomsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Menurut Porter (1996), keunggulan suatu
produk agar dapat diterima dan bertahan dipasar ditentukan oleh ciri khas atau
keunikan produk tersebut dibandingkan dengan produk yang lain yang ada dipasar
(Porter, 1996).
Kualitas
produk merupakan pemahaman bahwa produk yang ditawarkan oleh penjual mempunyai
nilai jual lebih yang tidak dimiliki oleh produk pesaing. Oleh karena itu
perusahaan berusaha memfokuskan pada kualitas prodak dan membandingkannya
dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing.
b. Price
(Harga)
Strategi
dalam penetapan harga bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya : Harga
bundling, harga predatory, harga berbasis kompetisi, harga cost plus, harga
berorientasi pasar, harga premium, harga psikologis, harga dinamis (Kotler and
Armstrong, 2010). Ada tiga pihak yang menjadi dasar pertimbangan dalam
penetapan harga oleh sebuah perusahaan ritel yaitu konsumen, dirinya sendiri,
dan pesaing.
Menurut
Ma’ruf (2005) , impementasi strategi harga antara lain :
1. Penetapan
harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan harga yang ditetapkan
secara variatif sesuai fluktuasi tingkat permintaan konsumen.
2. Penetapan
harga ganjil, seperti Rp. 99.000, Rp. 199.000, Rp. 749.000 Menurut Ma’ruf
(2005), impementasi strategi harga antara lain :
3. Penetapan
harga secara tetap untuk periode waktu tertentu dan harga yang ditetapkan
secara variatif sesuai fluktuasi tingkat permintaan konsumen.
4. Penetapan
harga ganjil, seperti Rp. 99.000, Rp. 199.000, Rp. 749.000
5. Leader
pricing, penetapan harga dimana profit marginnya lebih rendah daripadatingkat
yang biasa diraih bertujuan untuk menarik konsumen yang lebih banyak.
6. Penetapan
harga paket, yaitu harga yang didiskon untuk penjualan lebih dari satu unit per
itemnya.
7. Harga
bertingkat, ini diberlakukan untuk produk yang mempunyai banyak model dan harga
yang beragam.
c.
Promotion (Promosi)
Menurut
Philip Kotler (1997, p.153) proses keputusan pembelian dipengaruhi oleh
rangsangan pemasaran dan rangsangan lain. Bauran promosi yang meliputi
periklanan (advertising), penjualan pribadi (personal selling), hubungan
masyarakat (public relation) dan publisitas(publicity), promosi penjualan
(sales promotion), dan pemasaran langsung (direct marketing) adalah bagian dari
rangsangan pemasaran yang merupakan variabel yang dapat dikontrol oleh
perusahaan.
Menurut
Schoell (1993, p.424), Tujuan promosi adalah memperoleh perhatian, mendidik,
mengingatkan, dan meyakinkan.
Jenis
kegiatan promosi diatas :
a.
Periklanan (Advertising), yaitu bentuk promosi non personal dengan menggunakan
berbagai media yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
b.
Penjualan Tatap Muka (Personal Selling), yaitu bentuk promosi secara personal
dengan presentasi lisan dalam suatu percakapan dengan calon pembeli yang ditujukan
untuk merangsang pembelian atau kegiatan mempromosikan suatu produk dengan cara
mendatangi ke tempat konsumen berada, oleh seorang wiraniaga/salesperson.
c.
Publisitas (Publisity), yaitu suatu bentuk promosi non personal mengenai,
pelayanan atau kesatuan usaha tertentu dengan jalan mengulas informasi/berita
tentangnya (pada umumnya bersifat ilmiah) atau merupakan usaha untuk merangsang
permintaan dari suatu produk secara non personal yang bersifat komersial.
d. Promosi
Penjualan (Sales Promotion), yaitu suatu bentuk promosi diluar ketiga bentuk
diatas yang ditujukan untuk merangsang pembelian.
d. Place (Lokasi)
Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang
saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan barang dan jasa siap
digunakan atau dikomsumsi (Kotler, 2002). Menurut Losch, Lokasi penjualan
sangat berpengaruh lokasi penjual sangat berpengaruh terhadap jumlah konsumen
yang dapat digarapnya. Makin jauh dari tempat penjual, konsumen makin malas
membeli karena biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin
mahal. Losch cenderung menyarankan agar lokasi produksi berada dipasar atau
dekat dengan pasar.
3 tipe
lokasi dasar yang dapat dipilih oleh ritel, yaitu:
a. Shopping
Centers (Pusat Belanja)
Shopping
Centers merupakan grup ritel dan bisnis lain yang direncanakan, dibangun,
dimiliki dan dikelola sebagai satu kepemilikan
b. City or
Town Location (Ritel di Kota Besar)
The Central
Business District merupakan area bisnis tradisional yang berada dikeramaian
kota dalam suatu kota besar
CBD yang
sukses adalah yang dekat dengan area yang berpenduduk besar
c.
Freestanding Location
Merupakan
lokasi yang tidak terhubung dengan ritel yang lain, sekalipun banyak yang
lokasinya dekat dengan mall.
Selain tiga lokasi utama tersebut, ritel juga dapat
didirikan dan dijalankan dengan memilih lokasi sebagai berikut:
a. Airport
b. Resort
c.
RumahSakit
d. Toko
dalam toko
e. Area
serbaguna