Tuesday, March 20, 2018

Struktur Terjadinya Konflik dan 3 Pendekatan Pemimpin


4 Struktur Terjadinya Konflik dalam Teori Organisasi Klasik
1.      Konflik Hirarki
Pada berbagai macam tingkat hirarki dalam organisasi, terdapat kemungkinan timbulnya konflik antara pimpinan dengan bawahan. Para direktur bisa berkonflik dengan direktur lainnya, pimpinan dengan pimpinan lainnya di kelas menengah, supervisor dengan kepala bagian misalnya.

2.      Konflik Fungsional
Konflik ini kemungkinan terjadi diantara berbagai bagian organisasi yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Konflik diantara bagian produksi dengan pemasaran contohnya.


3.      Konflik Lini-Staf
Konflik juga dimungkinkan terjadi antara pejabat-pejabat lini dan staf. Konflik ini timbul ketika pejabat-pejabat staf tidak memiliki otoritas formal atas pejabat-pejabat lini atau hasil perbedaan yang melekat antara personalisa lini dan staff.

4.      Konflik Formal-Informal
Kemugkinan konflik bisa terjadi antara satuan organisasi formal dengan informal. Contoh  bila terjadi pelaksaaan ketentuan-ketentuan organisasi informal tidak seimbang dengan pelaksanaan ketentuan organisasi formal.
Tiga Pendekatan Pemimpin
1.      Pendekatan Pemimpin Tradisional
Pandangan tradisional menyatakan bahwa konflik itu sifatnya negatif, destruktif dan merugikan oleh karena itu konflik harus dilenyapkan demi kerukunan dan harmoni hidup. Bentuk tingkah laku manusia sepanjang hidupnya, sebagaian besar merupakan bentuk penyesuaian tingkah laku terhadap orang lain dan menghadapi konflik serta perselisihan. Keluarga, sekolah dan agama selaku lembaga sosial selalu menekankan adaptasi diri, prinsip anti konflik dan kerukunan. Bagi masyarakat tradisional konflik mengandung pengertian negatif yang harus diberantas di muka bumi sehingga manusia harus dibangun atas fundamental anti konflik.

2.      Pendekatan Pemimpin Netral/Behavioral
Melihat konflik sebagai ciri hakiki tingkah laku manusia yang berkembang sebagai “Built-in Element”. Konflik bersumber dari perbedaan kodrati masing-masing individu dalam kelompok sehingga penghapusan terhadap perbedaan berarti penghapusan terhadap individu dan kelompok itu. Dengan demikian, pandangan kaum behavioris merasionalisir konflik dengan tujuan mengurung, membatasi dan menjinakan konflik sebagai unsur “netral” dan “tidak berbahaya”. Kelompok ini akan ragu ketika diharapkan bertindak untuk mengelola konflik. Mereka berpendapat bahwa konflik diantara individu dan sesama kelompok mempunyai fungsi sosial.

3.      Pendekatan Pemimpin Modern/Interaksional
Kaum interaksionis memandang konflik itu positif, konstruktif dan fungsional sifatnya. Kaum ini menyatakan organisasi yang tidak mendorong konflik cenderung akan mengalami stagnasi, macet, tidak mampu mengambil keputusan tepat, condong dekaden (merosot) dan mundur bahkan kebangkrutan organisasi. Pada saat ini, masyarakat meyakini relasi antara konflik yang konstuktif dengan suksesnya organisasi sebab konflik dalam batas wajar mencerminkan adanya demokrasi, kebhinekaan, perbedaan, keragaman, perkembangan, pertumbuhan, progres, aktualisasi diri dan transendesi diri yang menjadi benih vital bagi pertumbuhan dan suksesnya organisasi.

No comments:

Post a Comment