Konflik
tidak selalu merugikan kadang-kadang dalam batas-batas tertentu justru sangat
bermanfaat bagi penciptaan perilaku yang efektif dalam organisasi. Konflik
menurut Adam Ibrahim Indrawijaya adalah bentuk pertikaian yang terjadi dalam
organisasi baik antara seseorang dengan orang yang lain, antara seseorang
dengan kelompok, antara kelompok dengan kelompok, maupun antara kelompok dengan
organisasi atau mungkin pula antara perseorangan dengan organisasi secara
menyeluruh. Bentuk Konflik ada tiga macam bentuk konflik :
a)
Konflik
dalam kelompok, terjadi antara dua atau lebih anggota kelompok yang mencakup
kelompok dalam arti umum atau satu kesatuan unit organisasi.
b)
Konflik antar organisasi, banyak sekali
terjadi tergantung pada lingkungan sekitar. Dapat dipengaruhi politik, ekonomi
dan social budaya mempengaruhi kehidupan organisasi atau perbedaan fasilitas
antara pegawai yang setingkat dibeberapa instansi. Konflik semacam inio
penyelesaiannya harus dilakukan melalui pihak ketiga, apakah instansi yang
lebih tinggi atau melalui pengadilan.
c)
Konflik
antar kelompok, terjadi antar kelompok yang satu dengan kelompok yang lain,
yang sering terjadi dalam organisasi.
Konflik
tidak dapat dihindari dan tidak dapat dihilangkan selama manusia masih dinamis.
Oleh sebab itu perlu seni mengelola konflik tersebut, yaitu:(a) membuat
standard penilaian; (b) menentukan masalah kontroversial dan konflik; (c)
menganalisa situasi dan evaluasi terhadap konflik; (d) memilih tindakan yang
tepat terhadap penyimpangan yang menimbulkan konflik.
Organisasi
tanpa konflik akan terasa hambar, tidak ada dinamika. Berkaitan dengan hal
tersebut, ada bebarapa cara untuk merangsang timbulnya konflik antara lain: (a)
komunikasi diputuskan/dikacaukan; (b) mengacau struktur organisasi; (c)
menempatkan orang-orang yang mayoritas ringan dan punya banyak masalah untuk
menjadi tenaga pimpinan. Beberapa strategi penanggulangan konflik secara garis
besar ada delapan strategi penanggulangan konflik:
1.
Pemecahan
persoalan,
sebagai anggapan dasar bahwa semua pihak mempunyai keinginan untuk
menanggulangi konflik, oleh sebab itu perlu dicari ukuran-ukuran yang dapat
memuaskan pihak yang terlibat dalam konfllik dan persoalan harus selalu dilalui
dua tahap penting yaitu proses penemuan gagasan dan proses pematangannya.
2.
Musyawarah, dalam musyawarah
terlebih dahulu ditentukan secara jelas apa yang menjadi persoalan. Kemudian
kedua belah pihak yang sedang dalam pertikaian mengadakan pembahasan untuk
mendapatkan titik pertemuan.
3.
Mencari lawan
yang sama,
dalam hal ini semua pihak diajak untuk lebih bersatu,kaarena harus menghadapi
pihak ketiga sebagai pihak yang dianggap merupakan lawan dari kedua belah pihak
yang bertikai.
4.
Mensub
organisasikan kepentingan dan tujuan pihak-pihak yang sedang konflik kepada
kepentingan dan tujuan yang lebih tinggi.
5.
Peningkatan
interaksi dan komunikasi, pihak-pihak yang berkonflik dapat meningkatkan
interaksi dan komunikasi mereka, pada suatu saat mereka juga akan lebih
mengerti dan menghargai dasar pemikiran dan perilaku pihak lain.
6.
Latihan kepekaan, pihak-pihak
yang berkonflik diajak masuk dalam satu kelompok. Tiap kelompok diberi
kesempatan menyatakan pendapatnya, termasuk pendapat negative pihak lainnya.
7.
Meminta bantuan
kepada pihak ketiga,
strategi ini bila terjadi konflik dalam suatu kelompok, bantuan pimpinan
kelompok sangat ditunggu. Bila terjadi konflik antar kelompok dalam suatu
organisasi bantuan pimpinan organisasi merupakan suatu strategi diharapkan
dapat menyelesaikannya.
8.
Koordinasi, koordinasi
dapat menimbulkan konflik dan dapat juga menangani konflik. Karena melalui
koordinasi seseorang dapat menjadi koordinator sedang yang lain berperan
sebagai yang dikoordinasikan.
Empat sel dari Johari Windows :
a)
Membuka
Diri (Open Self) seseorang mengetahui tentang dirinya dan tentang diri orang
lain, terdapat keterbukaan, kerjasama dan sedikit alasan untuk menjadi
bertahan, hubungan antar pribadi seperti ini cenderung menyebabkan sedikit
(kalau ada) konfik antar pribadi.
b)
Menutup
Diri (Hidden Self) seseorang mengerti dan memahami dirinya sendiri akan tetapi
tidak mengetahui tentang diri orang lain. Orang akan tetap menutup diri dari
orang lain, karena rasa takut akan bagaimana kalau orang lain itu akan
bereaksi, seseorang akan menutup perasaan secara rahaisa dan tidak akan
membukanya pada orang lain. Ini jadi potensi timbulnya konflik antar pribadi.
c)
Membutakan
Diri (Blind Self) seseorang mengetahui diri orang lain tetapi tidak mengetahui
dirinya sendiri, kemungkinan tidak berniat menyakiti orang lain maka situasi ini
potensi timbulnya situasi konflik antar pribadi.
d)
Tidak
Menemukan Diri (Undiscovered Self) situasi ini potensi situasi yang paling
eksplosif, seseorang tidak mengetahui dirinya dan orang lain.
Faktor- faktor pemicu konflik dalam proses adaptasi
:
1.
Sejumlah
kebutuhan dan peranan yang bersaing
2.
Beraneka
macam cara yang berbeda yang mendorong peranan-peranan dan kebutuhan itu
terlahirkan
3.
Banyaknya
bentuk halangan-halangan yang bisa terjadi diantara dorongan dan tujuan
4.
Terdapatnya
baik aspek-aspek yang positif dan negatif yang menghalangi tujuan-tujuan yang
diinginkan
Ada
tiga pendekatan untuk mengatasi konflik organisasi adalah a) pendekatan tawar
menawar (pendekatan ini dalam cara-cara yang dilakukan oleh bangsa Indonesia
ialah dengan musyawarah), b) pendekatan birokratis (pendekatan ini digunakan
untuk mengatasi konflik yang terjadi karena persoalan-persoalan hierarki baik
vertikal, horisontal maupun hubungan-hubungan otoritas dalam susunan hierarki
organisasi), c) pendekatan sistem (pendekatan sistem ini secara utama untuk
menyelesaikan hubungan yang berisi horizontal antara beberapa fungsi-fungsi
dalam suatu organisasi.
Dalam
teori klasik, terdapat empat struktur yang seringkali menjadi tempat terjadinya
konflik. Empat struktur itu dijelaskan berikut ini :
1.
Konflik
Hierarki : pada berbagai macam tingkat hierarki adalam organisasi, terdapat
kemungkinan timbulnya konflik. Ada kemungkinan timbul konflik secara umum
antara pimpinan dan karyawan.
2.
Konflik
Fungsional : terdapat kemungkinan terjadi konflik fungsional di antara berbagai
bagian organisasi yang mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Misal bagian produksi
dengan bagian pemasran ada konflik.
3.
Konflik
Lini-Staf : terjadi kemungkinan pula konflik antara pejabat-pejabat lini dan
staf. Timbul saat pejabat staf tidak punya otoritas.
Konflik Formal-Informal
: terdapat pula kemungkinan konflik antara satuan-satuan organisasi formal dan
informal.
No comments:
Post a Comment