Memimpin
perubahan adalah salah satu tanggung jawab kepemimpinana yang paling penting
dan sulit. Bagi beberapa teori, ini merupakan inti dari kepemimpinan dan segala
hal lainnya adalah sekunder. Dibutuhkan kepemimpinan efektif untuk
merevitalisasikan sebuah organisasi dan memudahkan adaptasi terhadap sebuah
lingkungan yang berubah. Proses – proses perubahan ialah upaya untuk menerapkan
perubahan dalam sebuah organisasi akan lebih mungkin berhasil jika seorang
pemimpin memahami alasan atas perlawanan untuk perubahan, rangkaian tahapan
dalam proses perubahan dan strategi berbeda dari perubahan.
Perlawanan
untuk perubahan yakni fenomena umum bagi orang dan organisasi. Terdapat
sejumlah alasan berbeda mengapa orang menentang perubahan besar dalam
organisasi antara lain sebagai berikut :
1)
Kurangnya
Kepercayaan
: sebuah alasan dasar perlawanan untuk perubahan adalah rasa tidak percaya dari
orang yang mengusulkannya. Rasa tidak percaya dapat membesarkan pengaruh dari
sumber perlawanan lainnya. Bahkan saat tidak ada ancaman yang jelas, sebuah
perubahan dapat ditentang jika orang membayangkan adanya impikasi besar yang tersembunyi.
2)
Yakin bahwa
Perubahan Tidak Perlu : satu alasan untuk menentang perubahan adalah tidak
adanya kebutuhan yang jelas untuk hal itu. perubahan akan ditentang jika cara
melakukan berbagai hal saat ini telah berhasil di masa lalu dan tidak ada bukti
yang jelas akan permasalahan serius.
3)
Yakin bahwa
Perubahan itu Tidak Mungkin : Bahkan saat masalahnya diakui, sebuah
perubahan yang diusulkan dapat ditentang karena terlihat tidak mungkin
berhasil. Membuat perubahan secara radikal dari apapun yang telah dilakukan
sebelumnya akan terlihat amat sulit jika bukannya tidak mungkin bagi sebagian
besar orang. Kegagalan perubahan sebelumnya akan menciptakan sinisme dan ragu.
4)
Ancaman Ekonomis : Bagaimana
sebuah perubahan akan menguntungkan organisasi, hal ini akan ditentang oleh
orang yang akan menderita kerugian pendapatan pribadi, tunjangan atau keamaan
pekerjaan.
5)
Biaya yang
Relatif Tinggi :
Bahkan saat sebuah perubahan memiliki manfaat yang jelas, hal ini selalu
meminta suatu biaya. Rutinitas yang telah dikenal harus diubah, yang
menyebabkan ketidaknyamanan dan mebutuhkan upaya yang lebih baik.
6)
Ketakutan akan
Kegagalan Pribadi :
Perubahan membuat beberapa keahlian menjadi usang dan meminta pembelajaran
cara-cara baru melakukan pekerjaan. Orang yang kekurangan keyakinan diri akan
segan menukar prosedur yang telah mereka kuasai dengan prosedur baru yang
mungkin terbukti terlalu sulit dikuasai.
7)
Hilangnya Status
dan Kekuasaan :
Perubahan besar dalam organisasi selalu menghasilkan beberapa perubahan dalam
kekuasaan relatif dan status bagi orang-orang. Strategi baru sring membutuhkan
keahlian yang tidak dimiliki oleh beberapa orang yang saat ini menikmati status
tinggi sebagai orang yang menyelasaikan masalah.
8)
Ancaman Terhadap
Nilai dan Idealisme :
Perubahan yang terlihat tidak konsisten dengan nilai dan idealisme yang kuat
akan ditentang. Ancaman terhadap nilai seseorang meningkatkan emosi yang kuat
yang mendorong perlawanan terhadap perubahan.
9)
Kemarahan
Terhadap Campur Tangan : Beberapa orang menentang perubahan karena mereka
tidak ingin dikendalikan oleh orang lain. Upaya untuk memanipulasi mereka atau
memaksakan perubahan akan mendatangkan kemarahan dan sikap bermusuhan. Kecuali
orang yang mengakui kebutuhan akan perubahan dan merasa mereka memiliki sebuah
pilihan dalam menentuka bagaimana perubahannya.
Tahapan
dalam proses perubahan. Menurut Lewin, perubahan dapat dicapai dengan dua jenis
tindakan. 1) pendekatan dengan meningkatkan gaya pendorong terhadap perubahan
(meningkatkan insentif, menggunakan kekuasaan posisi untuk mendorong
perubahan). 2) pendekatan dengan mengurangi gaya yang membatasi yang
menciptakan perlawanan terhadap perubahan ( mengurangi ketakutan akan kerugian
ekonomis/kegagalan).
Jenis
perubahan organisatoris yang berbeda, perubahan besar dalam organisasi dapat
mengambil banyak bentuk. Sasaran penting meliputi sikap dan keterampilan yang
berubah, peran kerja yang berubah, teknologi yang berubah/strategi kompetitif yang
berubah. A) Mengubah sikap atau peran? Pendekatan manapun bisa berhasil atau
gagal bergantung pada bagaimana baiknya ia diterapkan. Beer dan para koleganya (1990)
beragumen bahwa program perubahan peran akan lebih besar kemungkinannya untuk
berhasil dibandingkan dengan program perubahan sikap. B) Teknologi : tidak
semua program perubahan berfokus pada sikat atau peran. C) Strategi Kompetitif:
jenis utama perubahan lainnya adalah strategi ini dasar dari organisasi contoh
pengenalan produk/jasa baru, memasuki pasar baru, menggunakan bentuk pemasaran
baru. D) Pentingnya Diagnosis: banyak oraganisasi menerapkan program perubahan
umum yang populer contohnya perampingan, perombakan lapiasan, TQM, rekayasa
ulang.
Perubahan
skala besar dalam organisasi biasanya membutuhkan perubahan dalam budaya
organisasi dan juga pengaruh langsung atas masing-masing bawahan. dengan
mengubah budaya, manajemen puncak secara tidak langsung mempengaruhi motivasi
dan perilaku anggota. Sifat dari budaya organisasi menurut Schein (1992) budaya
dari sebuah kelompok/organisasi sebagai asumsi dan keyakinan bersama tentang
dunia dan tempat mereka di dalamnya, sifat dari waktu dan ruang, sifat manusia
dan hubungan manusia. Fungsinya membantu
memahami lingkungan dan menentukan bagaimana meresponsnya.
Cara
utama untuk budaya organisasi menurut Schein (1992) memberikan lima mekanisme
utama menawarkan potensi terbesar untuk ditanamkan dan menguatkan asperk
organisasi antara lain perhatian, reaksi terhadap krisis, pembuatan model
peran, alokasi penghargaan dan kriterian untuk seleksi dan pemberhentian. Cara
sekundernya Schein memberikan tambahan dengan menjelaskan lima mekanisme
sekunder yang menanamkan dan menguatkan budaya antara lain rancangan sistem dan
prosedur, rancangan struktur organisasi, rancangan fasilitas, ceirta, legenda
dan mitos dan pernyataan formal.
Perubahan
skala besar dalam seubah organisasi melibatkan sebuah proses eksperimentasi dan
pembelajaran. Implementasi perubahan yang berhasil membutuhkan kisaran luas
perilaku kepemimpinan yang dikelompokan jadi dua kategori berbeda tapi saling
tumpang tindih yaitu tindakan politis/organisatoris dan tindakan yang
berorientasi manusia.
No comments:
Post a Comment